SUBKULTUR SHAMETE ‘JAMET’ CHINA, DI BULLY KARENA BERBEDA – “Shamete” adalah istilah yang berasal dari bahasa Mandarin, dan secara harfiah berarti “tanpa malu.” Istilah ini telah digunakan dalam konteks subkultur di Cina yang muncul sebagai reaksi terhadap tekanan sosial, norma-norma konvensional, dan ekspektasi yang ada dalam masyarakat terhadap perilaku dan penampilan individu.

Istilah “Shamete” digunakan oleh sekelompok orang muda di Cina yang merasa terkekang oleh norma-norma dan harapan-harapan yang ada dalam masyarakat. Mereka menciptakan identitas yang berani dan eksentrik, mengadopsi penampilan dan perilaku yang dianggap kontroversial oleh norma sosial. Subkultur “Shamete” memberikan ruang bagi anggotanya untuk mengekspresikan kreativitas dan individualitas mereka dengan cara yang berani dan provokatif. Ini mencakup penggunaan pakaian yang mencolok, rambut yang diwarnai, tato, dan elemen-elemen visual lainnya. premium303

Subkultur “Shamete” menggambarkan upaya generasi muda Cina untuk mengatasi batasan-batasan sosial dan norma yang ada, serta untuk mengekspresikan diri mereka dengan cara yang unik dan berani. Meskipun kontroversial, subkultur ini mencerminkan dinamika perubahan sosial dan kultural yang sedang terjadi di Cina.

Subkultur “Shameless” atau yang dikenal dengan sebutan “Jamet” adalah sebuah fenomena di Cina yang menciptakan identitas subkultur yang kontroversial. Subkultur ini muncul sebagai reaksi terhadap norma-norma konvensional masyarakat Cina dan berusaha untuk mengambil alih istilah “shameless” (tanpa rasa malu) yang sering kali digunakan dengan maksud merendahkan.

Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang subkultur “Jamet” di Cina:

SUBKULTUR SHAMETE 'JAMET' CHINA, DI BULLY KARENA BERBEDA

1. Konteks Awal: Subkultur ini muncul pada awal 2010-an sebagai reaksi terhadap tekanan budaya dan sosial yang ada di masyarakat Cina. Banyak orang muda merasa terkekang oleh ekspektasi masyarakat terhadap perilaku yang patut dipertahankan dan menginginkan kebebasan dalam berekspresi.

2. “Jamet” sebagai Istilah Pembebasan: Istilah “Jamet” awalnya digunakan sebagai cemoohan untuk menggambarkan seseorang yang dianggap tidak memiliki rasa malu dalam perilaku atau penampilan mereka. Namun, seiring berjalannya waktu, istilah ini diambil kembali oleh subkultur ini sebagai bentuk pengakuan diri yang berani dan bebas.

3. Eksplorasi Identitas: Anggota subkultur ini mengadopsi penampilan dan perilaku yang dianggap kontroversial dan provokatif oleh norma-norma sosial. Ini meliputi pakaian yang mencolok, rambut berwarna-warni, tato, dan tindakan-tindakan yang biasanya dianggap tabu.

4. Respon dan Konflik: Meskipun subkultur ini mencoba untuk merayakan kebebasan berekspresi, ia juga mendapat reaksi negatif dari beberapa kalangan yang menganggapnya menghancurkan nilai-nilai tradisional. Banyak anggota subkultur ini mengalami intimidasi, pelecehan, dan bahkan kekerasan verbal atau fisik.

5. Representasi Dalam Budaya Populer: Subkultur “Jamet” juga muncul dalam media dan budaya populer Cina, termasuk dalam film, musik, dan acara televisi. Ini mengindikasikan bahwa subkultur ini telah meresap ke dalam budaya populer dan memiliki dampak yang signifikan.

Subkultur “Jamet” mencerminkan pertentangan antara keinginan untuk berekspresi bebas dan eksplorasi identitas dengan tekanan dari norma-norma sosial yang ada. Seperti subkultur lainnya, ini juga mengilustrasikan bagaimana budaya dan masyarakat dapat berinteraksi dan saling berkonflik dalam menghadapi perubahan dan perbedaan.